TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

Teori belajar behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

TEORI BELAJAR HUMANISME

Terkenal dengan konsepsi bahwa esensinya manusia itu baik menjadi dasar keyakinan dan mengajari sisi kemanusiaan.

TEORI BELAJAR KOGNITIF

teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar.

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

RESENSI BUKU

Kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan kemampuan belajar.

MASALAH PEMBELAJARAN

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar.
Proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal Tanpa menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat.

1. 2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana proses pembelajaran yang digunakan di program studi pendidikan Sejarah ?
2.      Apa masalah atau kendala yang ada di dalam proses pembelajaran di program studi pendidikan Sejarah ?
3.      Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah-masalah dalam proses pembelajaran ?



1.3    Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.    Untuk mengetahui proses pembelajaran yang digunakan di program studi Pendidikan Sejarah.
2.    Untuk mengetahui dan memahami permasalah atau kendala yang ada di dalam proses pembelajaran di program studi Pendidikan Sejarah.
3.    Untuk mengetahui serta dapatmengatasi masalah-masalah dalam proses pembelajaran.
Dalam penulisan makalah ini, diharapkan bermanfaat bagi kemajuan dalam hal pembelajaran di program studi Pendidikan Sejarah.



BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembelajaran Prodi Sejarah

Proses pembelajaran yang dipakai dalam program studi pendidikan sejarah menggunakan banyak cara seperti proses belajar menggunakan nalar. Dimana mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan ilmu yang didapat dari para dosen yang menggunakan metode penalaran sebagai pembelajaran didalam kelas. Dengan metode siswa harus memiliki kemampuan dalam hal mengolah sendiri permasalahan yang ada lalu dikembangkan sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Artinya proses pembelajaran ini dapat membuat mahasiswa lebih aktif berfikir untuk mengerti apa yang diajarkan oleh dosen pengampu mata kuliah.
            Metode yang kedua adalah metode menggunakan metode yang mengutamakan hafalan. Metode ini cukup efektif untuk memaksa mahasiswa untuk mempelajari materi yang diberikan kepada mahasiswa saat perkuliahan. Menghafal memiliki tujuan agar selalu ingat dengan sesuatu yang telah dihafalnya. Menghafal teks atau naskah ada kalanya harus sesuai dengan naskah aslinya tanpa adanya pengurangan titik koma dan sebagainya. Hafalan yang baik akan membantu seseorang mempertahankan argumentasinya menuju suatu kebenaran.
            Setiap pertemuan dalam setiap mata kuliah juga mengahruskan siswa dapat berdiskusi dengan rekan mereka. Dosen memberikan pokok bahasan lalu mahasiswa mendiskusikan dengan teman satu kelompok. Hasil diskusi yang telah mereka kerjakan bersama akan dikumpulkan makalah serta kelompok diskusi akan mempresentasikan hasil diskusi mereka didepan rekan-rekan mahasiswa yang lainnya. Dengan hal ini diharapkan mahasiswa dapat lebih mudah mengerti materi perkuliahan.
            Proses pembelajaran di Prodi Sejarah juga menggunakan metode yang cocok untuk metode 2013, antara lain :
1.        Discovery Learning.
Discovery learning secara sederhana, metode discovery learning dapat diartikan sebagai cara  penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode discovery learning , para siswa diberi  bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa.
2.        Problem Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1)        Mengorientasi peserta didik pada masalah.
2)        Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.
3)        Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok.
4)        Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
5)        Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
3.        Project Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:
1)      Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.
2)      Mendesain perencanaan proyek.
3)      Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek.
4)      Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
5)      Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
6)      Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.

2.2 Permasalahan atau Kendala

            Dalam proses pembelajaran banyak sekali ditemukan kendala. Kendala atau permasalahan tersebut berasal dari mahasiswa maupun juga dari dosen sebagai pengajar mata kuliah. Fasilitas di Prodi Sejarah juga bisa dikatakan kurang mamadai.
Adapun permasalahan yang berasal dari mahasiswa, dosen, serta fasilatas yang dimiliki Prodi Sejarah antara lain :
1.      Perbedaan berpikir setiap mahasiswa.
Setiap mahasiswa tentu mempunyai perbedaan dalam menyerap materi pembelajaran yang diajarkan oleh dosen pengampu mata kuliah. Hal inilah yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran dimana akan terjadi ketimpangan mengenai pemahaman materi-materi.
2.      Sikap tidak peduli mahasiswa.
Pada saat proses belajar mengajar, tidak sedikit mahasiswa yang tidak mendengarkan rekan nya menjelaskan materi pada saat mempresentasikan hasil diskusi mereka. Bahkan pada saat dosen yang memberikan materi, mahasiswa pun tidak peduli.
3.      Penyampaian dosen yang monoton.
Dosen cenderung memeri materi dengan cara yang cenderung membosankan. Sehingga mahasiswa lebih memiliki kesibukan sendiri di dalam kelas sehingga tidak mendengarkan materi yang diberikan kepada mahasiswa.
4.      Fasilas yang kurang memadai
Seperti yang kita ketahui bahwa beberapa fasilitas yang telah ada di gedung yang dipakai program studi pendidikan sejarah kurang memadai. Seperti misalnya proyektor disetiap kelas banyak yang bermasalah. Dan kurangnya ruang kelas untuk Prodi Sejarah yang menempati FKIP gedung 1. Hal ini menyebabkan kurang maksimalnya proses belajar mengajar.

2.3 Solusi (Penyelesaian Masalah)

Permasalahan atau kendala yang dihadapi tentu saja memiliki solusi. Maka dalam pebahasan ini, akan memapakarkan solusi permasalahan pembelajaran yang ada di Prodi Sejarah antara lain:
1.        Perbedaan berpikir setiap mahasiswa
Hal ini diatasi dengan cara adanya kelompok-kelompok belajar. Permasalahan ini bisa diatasi dengan adanya presentasi oleh sesama rekan mahasiswa. Karena biasanya pengajaran oleh teman seumuran dapat memudahkan mahasiswa untuk mengerti apa yang diajarkan. Prodi Sejarah sudah melakukan cara ini.
2.      Sikap tidak peduli mahasiswa.
Untuk mengatasi permasalahan ini bisa mengunnakan tidnakan pendisiplinan yang menyenangkan dan terbuka namun konsisten. Karena, ketika mahasiswa sudah diminta untuk mentaati peraturan, mereka cenderung menolak atau tidak menghiaraukan. Maksud dari kata terbuka adalah dengan cara memberikan siswa waktu untuk bertanya atau berpendapat.
3.       Penyampaian dosen yang monoton.
Seharusnya dosen memiliki cara cara khusus agar proses belajar mengajar tidak membosankan. Seperti misalnya dosen memeberikan contoh-contoh tentang pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan mahasiswa, sehingga mahasiswa merasa perlu untuk mendengarkan yang disampaikan oleh dosen karena berkaitan dengan kehidupan mahasiswa. Dan juga dosen mungkin juga perlu memberikan beberapa jeda untuk mahasiswa untuk berdiskusi dalam proses belajar mengajar agar tidak terjadi kejenuhan.
4.      Fasilas yang kurang memadai.
Mengenai fasilatas gedung yang kurang memadai, hal ini bisa diatasi dengan cara mengecek terlebih dahulu apa saja yang tidak bisa dipakai atau rusak. Mahasiswa juga perlu melaporkan kerusakan-kerusakan yang terdapat dalam gedung sehingga dapat segera ditangani oleh pihak kampus.

BAB 3. PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Proses pembelajaran yang dipakai dalam program studi pendidikan sejarah menggunakan banyak cara seperti proses belajar menggunakan nalar. Dimana mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan ilmu yang didapat dari para dosen yang menggunakan metode penalaran sebagai pembelajaran didalam kelas. Metode yang kedua adalah metode menggunakan metode yang mengutamakan hafalan. Metode ini cukup efektif untuk memaksa mahasiswa untuk mempelajari materi yang diberikan kepada mahasiswa saat perkuliahan. Setiap pertemuan dalam setiap mata kuliah juga mengahruskan siswa dapat berdiskusi dengan rekan mereka. Dosen memberikan pokok bahasan lalu mahasiswa mendiskusikan dengan teman satu kelompok. Hasil diskusi yang telah mereka kerjakan bersama akan dikumpulkan makalah serta kelompok diskusi akan mempresentasikan hasil diskusi mereka didepan rekan-rekan mahasiswa yang lainnya.

3.2    Saran

Sebaiknya antara peserta didik dan pengajar memiliki hubungan yang baik. Sehingga dalam pembelajaran terdapat berjalan dengan baik. Mahasiswa dan dosen merupakan dua komponen yang harus saling berjalan beriringan agar terjadi suatu proses pembelajaran yang efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 
Arsyad, A. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran, Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Belajar. Yogyakarta: Gavamedia.

0 komentar

Kurikulum 2013

TUJUAN KURIKULUM
a.         Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
b.        Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut :
1.      Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2.      Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3.      Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
c.         Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran.Secara oerasional adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu mata pelajaran atau bidang studi tersebut.
d.        Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.

Tujuan ini adalah tujuan yang langsung dihadapkan kepada anak didik sebab hrus dicapai oIeh mereka setelah menempuh proses belajar-mengajar. Oleh karena itu tujuan instruksional dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah mereka menyelesaikan proses belajar-mengajar. Ada dua jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik. Pada TIU sifatnya lebih luas dan mendalam, sedangkan TIK lebih terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan demikian TIK harus lebih operasional dan mudah dilakukan pengukuran.
STRATEGI IMPLEMENTASI
A. Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
  1. Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
  2. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional.
  3. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
  4. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.

Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
1.   Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
  • - Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
  • - Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
  • - Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
2.   Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015
3.   Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014
4.   Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan budaya               sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari –                     Desember 2013
4. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah         implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016


B. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTK
        Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan. Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (Master Trainer) yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara, guru inti nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan kepala sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan semua guru kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.

C. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru
          Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil belajar peserta didik. Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi Kurikulum 2013 buku sudah dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru. Ketersediaan buku adalah untuk meringankan beban orangtua karena orangtua tidak perlu membeli buku baru.

D. Evaluasi Kurikulum
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
Jenis Evaluasi : Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016
Sumatif           : Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk menentukan kelayakan ide, dokumen,                             dan implementasi kurikulum.
Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.
1. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke XI                    SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta             didik di kelas/tahun berikutnya.
2. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk               menguji efektivitas kurikulum dalam mencapai Standar Kemampuan Lulusan (SKL).
Mata Pelajaran
Sekolah Tingkat Dasar
  • Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
  • Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
  • Matematika
  • Bahasa Indonesia
  • Ilmu Pengetahuan Alam
  • Ilmu Pengetahuan Sosial
  • Seni Budaya dan Prakarya (Termasuk Muatan lokal)
  • Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Termasuk Muatan lokal)
  • Bahasa Daerah (Sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing)
Semua mata pelajaran di Sekolah Dasar disajikan secara terpadu integratif.
Sekolah Tingkat Menengah Pertama
  • Kelompok A (Wajib)
    • Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
    • Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
    • Matematika
  • Bahasa Indonesia
  • Ilmu Pengetahuan Alam
  • Ilmu Pengetahuan Sosial
  • Bahasa Inggris
  • Kelompok B (Wajib)
    • Seni Budaya (Rupa/Musik/Tari/Teater)
    • Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
    • Prakarya dan Kewirausahaan (Rekayasa/Kerajinan/Budidaya/Pengolahan)
    • Bahasa Daerah (Sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing)
    • Bahasa Jepang
Sekolah Tingkat Menengah Atas
  • Kelompok A (Wajib)
    • Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
    • Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
    • Matematika
    • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Inggris
    • Sejarah Indonesia
  • Kelompok B (Wajib)
    • Seni Budaya (Rupa/Musik/Tari/Teater)
    • Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
    • Prakarya dan Kewirausahaan (Rekayasa/Kerajinan/Budidaya/Pengolahan)
  • Kelompok C (Peminatan)
Matematika dan Ilmu Alam (MIA)
Ilmu-Ilmu Sosial (IIS)
Ilmu-Ilmu Bahasa (IIB)
Matematika Peminatan
Sejarah Dunia
Bahasa Indonesia Peminatan
Fisika
Geografi
Bahasa dan Sastra Inggris
Biologi
Ekonomi
Bahasa Asing
Kimia
Sosiologi
Antropologi
Kelompok D (Lintas Minat/Pendalaman Minat)
Kelompok D (Lintas Minat/Pendalaman Minat)


0 komentar

RESENSI BUKU




RESENSI BUKU
RAHASIA OTAK DAN KECERDASAN ANAK
(Francisca Andri Yanuarita, S.Psi.)


(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Belajar Pembelajaran)

Dosen Pengampuh Mata Kuliah :
Drs. Suranto, M.Pd

                                                                                        

Disusun Oleh :
Diana Kusuma Widyastutik
140210302006




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

I.              Identitas Buku
Judul Buku                  : Rahasia Otak Dan Kecerdasan Anak
Pengarang                   : Francisca Andri Yanuarita, S.Psi.
Penerbit                       : Teranova Books
Bulan /Tahun terbit     : Juni/2014
Tempat Terbit              : Yogyakarta
Edisi                             : Cetakan I
Bahasa                         : Indonesia
Jumlah Bab                  : VI
Jumlah Halaman          : 128 Halaman
Catatan Buku              : Rasa aman dan bebas secara psikologis meruakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas anak. Saat anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya.

II.           Identitas Penulis
Nama penulis              : Francisca Andri Yanuarita, S.Psi.
Tempat, tanggal lahir  : lahir pada tahun 1987.
Riwayat pendidikan   : SD, SMP, SMA di kota Lampung, pendidikan S1 Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Karya                          : Mengatasi Panas Dan Kejang Pada Balita (2011), Tes Buta Warna (2011), Rahasia Sukses Diet Berdasarkan Golongan Darah A,B,AB,O (2011), Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak Brain Gym (2012), Menjadi Teman Pertumbuhan Si Buah Hati Yang Dan Cerdas (2013).
ISBN                          : 978-60217177-8-3

III.        Isi Buku
Kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan kemampuan belajar. Membangun kecerdasan anak memerlukan kerjasam yang baik antara orrang tua dan anak. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi merupakan 2 hal yang harus dibina sejak usia dini.
            Kecerdan intelegensi adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. Menurut David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motifaasi diri, empati dan keterampilan social. Gardner mendefinisikan kemampuan kecerdasan emosianal menjadi lima kemampuan utama, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotifasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan keterampilan social.
            Faktor-faktor yang memperngaruhi kecerdasan emosi yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi stimulus itu sendiri dan lingkungan atau situasi. Kemudian kecerdasan emosional anak merupakan pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan fisik yang harmonis menjadai cikal bakal kecerdan anak yang sehat yang sangat dibutuhkan saat mereka tumbuh dewasa lagi.
            Ciri reaksi emosi pada anak, meliputi reaksi emosi anak sangat kuat, rekasi emosi muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya, reaksi emosi anak mudah diubah dari satu kondisi kekondisi lain, reasi emosi bersifat individual, dan keadaan anak dapat dikenali melalui gejala tingakah laku yang ditampikan. Ada beberapa macam bentuk emosi pada anak, sebagai berikut yaitu marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, senang atau gembira, sedih, dnan kasih saying.
            Menurut Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Harvard University, menekmukan bahwa manusia memiliki beberapa jenis kecerdan yaitu kecerdasan linguistic, kecerdasan logika matematika, kecerdasan musical, kecerdasan kenestetik, kecerdasan spasial, kecerdasan naturalis, kcerdasan intrapersonal, keerdasan interpersonal, dan kecerdasan eksitensial. Dilihat dari teori Gardner, bahwa kecerdasan itu terdiri dari sembilan bidang yaitu kecerdasan linguistic seperti diajak bercakap cakap dan menyanyi lagu anak-anak, kecerdasan logika matematika seperti menyusun balok dan merangkap, kecerdasan musical seperti mengajak anak bernyanyi dan memainkan alat music, kecerdasan kinestetik seperti belajar berdiri satu kaki dan melatih jongkok membungkuk, kecerdasan spasial seperti mengamati gambar dan bermain rumah-rumahan, kecerdasan naturalis seperti memelihara hewan dan wisata ke alam, kecerdasan intrapersonal seperti mengajak anak untuk menceritakan persaannya dan mengajak ngobrol anak tentang cita-cita, kecerdasan interpersonal seperti melatih anak untuk meminjamkan mainan, kecerdasan eksistensial seperti mengajak anak mengamati proses kerja tubuh dan menyadarinya.
            Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Beat total otak dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kg dan mempunyai sekitar 12 miliyar neuron. Pengolahan informasi diotak dilakukan pada bagian-bagian khusu sesuai neuron sensorik. Otak terdiri dari, otak depan, terdiri dari dari otak besar atau (serebrum), thalamus dan hypothalamus. Otak tengah (mesen cep halon) merupakan bagian yang menghubungkan otak besar dan otak kecil, otak tengah berperan dalam mengatur gerakan tubuh. Otak belakang meliputi otak kecil, sumsum lanjutan, dan jembatan varol. Kemudian batang otak atau brainstem berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ketulang punggung atau sumsum tulang belakang. Sistem limbik terletak dibagian tengah otak, membungkus batang otak, ibarat kerah baju. Bagian terpenting dari system limbic adalah hyphothalamus yang fungsinya bagian yang memutuskan mana yang perlu mendapatkan perhatian dan mana yang tidak.
            Pada masa anak-anak proses perkembangan terjadi sangat cepat. Usia 0 sampai dengan 5 tahun dikenal sebaga “The Golden Age” atau masa pesat perkembangan otak. Tata perkembangannya yaitu masa kehamilan, kelahiran bayi, dan tahap-tahap perkembangan otak. Proses perkembangan otak dimulai sejak di dalam kandungan. Gzi sebagai salah satu factor kecerdasan, sebaiknya diberikan kepada anak sejak dalam kandungan. Makanan berprotein yang diserap ke dalam tubuh akan diolah menjadi asam amino yang merupakan bahan baku protein. Karbohirat dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks dibutuhkan sebagai sumber energy untuk membantu pembentekun sel-sel otak baru. Lemak merupakan bahan baku pembentuk sel-sel otak baru. Jenis jenis makanan yang bermanfaat bagi otak yaitu padi-padian, daging, telur dan produk susu, kacang-kacangan dan coklat, seafood, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
            Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Bayi yang baru lahir memiliki reflek yang penting yaitu reflek menghisap dan reflek spalmar. Masa kanak-kanak yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya, bila kemampuan pembicaraan anak tidak dirangsang maka anak akan mengalami kesulitan berbicara pada masa-masa selanjutnya.
            Prinsip-prinsip perubahan anak yaitu perubahan bersifat system sistematis, perubahan bersifat progresif, dan perubahan bersifat kesinambungan. Sedangkan prinsip-prinsip perkembangan anak yaitu perkembangan berlangsung seumur hidup, setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda, perkembangan secara relatif beraturan mengikuti pola-pola tertentu, dan perkembangan berlansung secara berangsur-angsur.
            Aspek-aspek perkembangan anak yaitu perkembangan motorik, perkembangan kognitf, perkembangan bahasa, dan perkembangan sosial.
            Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi, membimbing, membina, dan mendidik anak didiknya dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan menjadikan anak yang suskses dalam menjalani kehidupan. Orang tua diharapkan mampu menerapkan pola asuh yang bisa mengembangkan segala aspek perkembangan anak sedini mungkin. Menurut Baumring (satrock, 2002) ada 4 macam pola asuh yang diterpkan oleh masing-masing orang tua, bentuk-bentuk pola asuh itu antara lain pola asuh otoriter, pola asuh untuk berpikir, pola asuh demokratis, dan pola asuh penelantar. Dari karakteristik tersebut orang tua perlu menyesuaikan strategi interaksi ketika anak tumbuh besar dengan mengurangi penggunaan manipulasi fisik dan memperbanyak proses penalaran. Memarahi dan memukul kadang dianggap efektif untuk mendisiplinkan anak, namun hal ini harus dihindari karena dapat menimbulkan maslah pada aspek psikologis dan fisiologis anak. Bagi orang tua yang bekerja terutama para ibu sebaiknya tetap membagi waktu dengan baik antara pekerjaan dan kebersamaan yang berkualitas dengan anak. Sikap tersebut antara lain kurang meluangkan waktu untuk anak, kurang memberikan ekspresi kasih saying baik secara verbal maupun secara fisik, bersikap kasar secara verbal misalnya menyindir, mengucilkan, dan berkata-kata kasar pada anak. Dampak yang ditimbulakan dari pola pengasuhan yang keliru dapat mengahsilkan anak-anak yang bermasalah dalam perkembangannya. Selain itu, anak juga memiliki kecerdasan emosional yang rendah seperti anak merasa tidak dekat dengan orang tua dan cepat terpengaruh terhadap hal negatif serta anak berperilaku agresif selalu ingin menyakiti dan berguna. Pola pengasuhan yang diterapkan akan membentuk tingkat kompetensi anak dalam membentuk jati dirinya, baik dalam lingkungan social maupun dalam pembentukan emosi. Berdasarkan penelitian, bentuk pola asuh otoriter dapat menyebarkan kesulitan bagi anak untuk bersosialisasi. Karena dalam mengasuh anak-anaknya orang tua banyak memberikan larangan dan berbagai aturan yang harus diaptuhi oleh anak. Pola asuh ini menciptakan perasaan cemas, takut, minder dan rasa kurang menghargai serta kurang percaya diri pada anak. Sedangkan pola asuh permisif juga tidak dapat menanamkan perilaku moral yang sesuai dengan standar social anak karena orang tua bersifat longgar dan menuruti semua keinginan anak. Kondisi terparah terjadi pada pola asuh penelantar, karena pada banyak hal, naka kurang mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
            Berdasarkan hasil penelitian bentuk pola asuh  demokratis adalah pola asuh paling efektif dalam mengasuh anak. Para ahli berpendapat bahwa penerapan pola asuh ini identic dengan penanaman nilai-nilai demokrasi yang menghargai dan menghormati hak-hak anak, mengutamakan diskusi ketimbang intruksi, kebebasan berpendapat dan selalu memotifasi anak menjadi yang lebih baik.
            Setiap anak umumnya memulai periode perkembangan yang berbeda pada sekitar usia yang sama misalnya anak tertentu telah mampu berjalan pada usia 12 bulan sedangkan ada anak lainnya yang telah berusia 15 bulan belum mampu berjalan sendiri. Menurut Robert J.Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu merupakan suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ketugas perkembangan selanjutnya. Tahap perkembanagan anak sejak lahir sampai usia 6 tahun menurut Havighurst yaitu berjalan, belajar makan makanan padat, belajar berbicara, belajar mengendalikan pembuangan tubuh, belajar membedakan jenis kelamin dan kesopanan social, membentuk konsep sederhana menggambarkan kenyataan social dan fisik, belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung, dan orang lain serta belajar membedakan yang benar dan yang salah serta mengembang moralnya.
Cara merangsang perkembangan anak antara lain
1.      Untuk usia 0-3 bulan
-          Seringlah memeluk dan menimang bayi dengan penuh kasih sayang
-          Ajak bayi tersenyum dan berbicara
-          Mendengarkan music pada bayi
2.      Usia 3-6 bulan
-          Gerakan benda ke kiri dan ke kanan, didepan matanya
-          Pendengarkan berbagai bunyi-bunyian
-          Sering tengkurapkan bayi
-          Beri mainan benda yang besar dan berwarna
3.      Usia 6-12 bulan
-          Ajari bayi duduk
-          Ajari memegang dan mengigit biscuit sendiri
-          Ajak main ciluk ba
-          Ajari berbecira sesering mungkin
-          Untuk menstimulus gerakan motorik, ajari bayi memegang benda kecil dengan dua jari
-          Ajari berdiri dan berjalan dengan berpegangan
-          Beri mainan yang aman dipukul-pukul
4.      Usia 1-2 tahun
-          Berikan pujian
-          Ajari berjalan diundukan atau ditangga
-          Ajak bernyanyi
-          Ajak bermain
-          Bacakan cerita anak
-          Ajak membersihkan mainan
-          Ajak membersihkan meja dan menyapu
-          Ajari mencoret-coret kertas
-          Ajari menyebut bagian tubuhnya
5.      Usia 2-3 tahun
-          Ajari buang air besar dan kecil ditempatnya
-          Ajari berpakaian sendiri
-          Bacakan cerita anak
-          Ajak melihat buku bergambar
-          Ajari makan dipiringnya sendiri
-          Ajari cuci tangan
6.      Usia 3-5 tahun
-          Awasi anak mencoba hal baru
-          Minta anak menceritakan apa yang ia lakukan
-          Dengarkan ia ketika brebicara
-          Jika ia gagap ajari ia bicara pelan pelan

Cara mendidik anak sesuai dengan fase pertumbuhannya antar lain
1.      Usi 0-1 tahun
Bahasa, ingatan dan perhatian bayi masih terbatas, cara terbaik untuk mendisiplinkannya adalah dengan mengendalikan perilaku, bukan mengajarkannya langsung. Ketika bayi mulai merangkak, sekitar umur 8 bulan, diusia ini, anak hanya ingin bereksplorasi dan belum memiliki konsep apa yang baik untuk dilakukan. Jauhkan barang barang berbahaya daru jangkauan.
2.      Usia 2-3 tahun
Dengan membantu membantu mereka lebih mengenal lingkungan dan sekitarnya. Perkenalkan juga dengan benda yang boleh dipegang.
3.      Usia 3-4 tahun
Pada usia ini anak mulai diperkealkan dengan pendidikan formal dasar, mulai dari taman bermain dan taman kanak-kanak. Cara mendidik anak yang baik dengan usia ini dengan cara mbelajar sambil bermain.

Hal-hal yang dapat dilakukan orang tua pada anak dalam kondisi dan situasi sehari-hari, antara lain disiplin waktu makan, disiplin waktu mandi, displin waktu bermain dan belajar, disiplin waktu tidur. Kesibukan orang tua menyebabkan kurangnya komunikasi dengan anak atau komunikasi yang rendah. Berikut tips berkomunikasi dengan anak: katakana dengan cara halus tapi tegas, memberikan pilihan pada anak, mengubah cara pandang kita terhadap perilaku anak, mengingat anak untuk berhati-hati, mengatakan kebenaran, hindari ancaman, bicara yang dibutuhkan.

            Bermain merupakan suatu kehiatan yang menyenangkan dan spomtan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis anak. Begitu pula dalam suasan bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya melalui khayalan, drama, bermain konstruktif dan sebagainya. Jenis jenis permainan untuk anak antara lain permainan mengasah otak, permainan sensorik, permainan melatih sosialisasi, permainan membentuk kepribadian, permainan kompetensi, permainan informatif. Dalam suasana bermain aktif, anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memnuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresiakan gagasannya melalui khayalan, drama, bermain konstruktif dan sebagainnya.
Manfaat bermain bagi anak:  perkembangan aspek fisik, perkembangan aspek motorik kasar dan halus, perkembangan aspek emosi dan kepribadian, perkembanagan aspek sosial, perkembanagan aspek kognitif, perkembanagn aspek pengindraan, perkembangan aspek bahasa dan komunikasi. Tios memilih mainan bagi anak antara lain pilihlah mainan yang aman dengan bahan yang tidak mengandung racun, pilihlah mainan berukuran sedang untuk bayi tanpa bagian kecil yang mudah lepas atau terpisah, pilihlah mainan dengan variasi beragam, pilihlah mainan sesuai dengan usia, pilihlah mainan dengan model menarik dan tidak menakutkan buat bayi, perlu dilihat juga anatara mainan yang pasif dan aktif, dan hindari pemberian mainan terlalu banyak secara bersamaan.


IV.             Kelebihan dan Kekurangan Buku
a.       Kelebihan
    Memeberikan tentang informasi rahasia otak dan kecerdasan anak mulai dari tahap awal hingga tahap terakhir. Dalam buku ini juga terdapat panduan yang membahas tentang membangun karakter aktif anak dan cerdas sejak usia dini. Buku ini juga membahas bentuk-bentuk kecerdasan, perkembanagan otak dan nutrisi yang dibutuhkan, perkembangan anak, pola pengasuhan orang tua, cara mendidik anak sesuai fase perkembangannya, serta permainan pemicu kreativitas dan kecerdasan.
b.      Kekurangan
     Kekurangan buku ini adalah tidak membahas secara rinci tentang pembahasannya Pemabahasan yang berada dibuku ini cenderung seadanya sehingga pembaca mengartikan sendiri maksud dari buku ini.


2 komentar